Dulu saya sering melihat orang tua di sekitar saya — yang jalannya pelan, ucapannya kadang diulang, dan aktivitasnya mulai terbatas. Waktu muda, saya hanya melihat mereka dari kejauhan. Saya hormati, tapi belum tentu saya pahami.
Sekarang anak-anak saya sudah remaja. Ada yang duduk di akhir SMP, ada yang menjelang bangku kuliah. Meski Mereka masih tinggal bersama saya, tapi saya tahu… dunia mereka sudah mulai bergeser. Bukan lagi tentang minta dibelikan mainan atau minta ditemani belajar, Continue reading →
Dulu, setiap pagi adalah rutinitas. Bangun lebih awal, siapkan bekal, lalu antar anak ke sekolah. Kadang dalam perjalanan mereka bercerita, kadang diam. Kadang saya sempat menasihati, kadang menyimak cerita ringan.
Pernah satu kali, saya merasa lelah dan mengeluh kecil dalam Continue reading →
Ada hal-hal yang tidak perlu diceritakan. Termasuk urusan saya dengan Tuhan.
Saya tidak pandai berkata-kata soal tobat. Tidak pernah merasa cukup baik untuk berkata “saya sudah berubah.” Tapi dalam hati, ada ruang yang terus saya isi dengan penyesalan untuk mengingat Continue reading →
Saya pernah marah pada banyak hal — pada keadaan, pada orang lain, pada waktu, bahkan pada Tuhan. Tapi yang paling lama saya marahi… adalah diri saya sendiri.
Saya pernah merasa bodoh karena salah mengambil keputusan. Pernah menyesali kenapa dulu tidak Continue reading →
Dalam hidup, saya pernah menginginkan banyak hal. Ada yang saya usahakan sungguh-sungguh, ada pula yang saya doakan terus-menerus. Sebagian berhasil saya raih. Tapi sebagian lagi… tidak pernah saya dapatkan.
Dulu, kegagalan meraih sesuatu membuat saya kecewa. Saya bertanya-tanya, “Apa kurangnya Continue reading →