Kadang kita bertanya dalam lirih doa yang lemah, “Ya Allah, kenapa aku harus mengalami ini semua?”
Ketika rezeki terasa sempit, ketika orang yang kita cintai pergi, ketika doa seolah tak berjawab — hati kita menggigil, bertanya dalam diam: apakah Engkau masih mencintaiku, ya Rabb?. Namun justru di situlah, di balik setiap luka yang tak kita pahami, ada kasih Allah yang sedang bekerja dengan cara yang belum kita mengerti.
Ujian bukan tanda bahwa Allah membenci, tapi bukti bahwa Allah perhatian. Ia menguji bukan untuk melemahkan, tapi untuk menguatkan. “Apakah manusia mengira akan dibiarkan berkata ‘kami beriman’ tanpa diuji?” (QS. Al-‘Ankabut: 2). Iman tanpa ujian adalah laksana benih tanpa hujan — ia tak akan tumbuh, tak akan berakar, tak akan hidup. Maka ujian adalah hujan bagi iman kita, kadang deras, kadang mengguyur deras hingga membuat kita menangis — tapi darinya tumbuh keteguhan yang indah.
Surga bukan hadiah murah.
Allah berfirman dalam Al-Baqarah ayat 214, bahwa orang-orang beriman sebelum kita pun diguncang dengan penderitaan dan kesulitan, hingga Rasul sendiri bertanya, “Kapan datangnya pertolongan Allah?” Dan Allah menjawab lembut: “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Maka siapa pun yang hari ini sedang lelah, tetaplah melangkah. Setiap air mata sabar yang jatuh, sedang menanam jejak menuju surga.
Kadang Allah menguji untuk meninggikan derajat.
Ada ujian yang bukan karena dosa, tapi karena cinta. Allah ingin kita naik kelas, lebih kuat, lebih lembut, lebih ikhlas. Lihatlah Nabi Ayyub, diuji kehilangan harta, anak, dan kesehatan — tapi lisannya tak pernah berhenti memuji. Lihatlah Yusuf, diuji fitnah dan penjara, tapi dari sana Allah angkat dia menjadi raja. Maka jangan benci ujianmu. Barangkali justru dari situ, Allah sedang menulis kisah indahmu.
Ujian juga hadir untuk membersihkan hati.
Manusia sering keras kepala, dan hati mudah berdebu oleh cinta dunia. Maka ujian datang seperti hujan — membersihkan, bukan menghancurkan. Allah ingin kita kembali jujur, kembali sederhana, kembali memohon hanya kepada-Nya. Sakit hati, kehilangan, kegagalan, semua itu adalah sapuan lembut-Nya agar hati kita kembali murni dari kesombongan dan ketergantungan pada makhluk.
Dan sesungguhnya dunia ini memang tempat ujian, bukan tempat tinggal abadi.
Ia bukan taman kebahagiaan yang kekal, tapi ladang penilaian untuk akhirat nanti. Di sini kita menanam sabar, menumbuhkan iman, menyiramnya dengan doa dan tawakal. Kelak di sana, di surga yang dijanjikan, barulah kita menuai hasilnya, kedamaian tanpa air mata, cinta tanpa perpisahan, bahagia tanpa akhir.
Maka jika hari ini engkau sedang diuji, jangan putus asa. Ujianmu bukan akhir, tapi panggilan lembut dari Tuhan agar engkau lebih dekat. Allah tak pernah jauh, hanya kadang kita yang menjauh. Kembalilah dengan hati yang basah oleh doa, bukan oleh keluh. Karena ujian itu sementara, tapi pahala sabar abadi selamanya.
