Dalam hidup, saya pernah menginginkan banyak hal.
Ada yang saya usahakan sungguh-sungguh, ada pula yang saya doakan terus-menerus.
Sebagian berhasil saya raih. Tapi sebagian lagi… tidak pernah saya dapatkan.
Dulu, kegagalan meraih sesuatu membuat saya kecewa.
Saya bertanya-tanya, “Apa kurangnya usaha saya? Kenapa doa saya tidak dikabulkan?”
Kadang saya merasa seolah-olah Allah menjauh, padahal saya sedang sangat berharap.
Tapi waktu berjalan, dan hidup perlahan mengungkapkan jawabannya.
Saya mulai melihat bahwa hal-hal yang tidak saya dapatkan itu… bukan bentuk penolakan, tapi perlindungan.
Ada pekerjaan yang dulu saya kejar-kejar, tapi tidak berhasil saya dapatkan.
Kini saya tahu, kalau saya jadi mengambilnya, mungkin saya tak akan punya waktu untuk keluarga.
Ada seseorang yang dulu sangat saya harapkan jadi jodoh, tapi jalannya tidak terbuka.
Kini saya sadar, hati saya mungkin tak akan tenang jika bersama dia.
Ada rencana yang dulu saya anggap satu-satunya jalan hidup, tapi akhirnya gagal.
Dan ternyata, kegagalan itulah yang justru membawa saya ke jalan yang lebih baik, lebih cocok, lebih tenang.
Kita sering mengukur hidup dari apa yang kita peroleh.
Tapi kadang, kebahagiaan justru datang dari apa yang tidak jadi kita miliki.
Kini, saya mulai berdamai.
Saya tidak lagi terlalu sibuk menyusun target hidup.
Saya lebih sering berkata dalam hati,
“Kalau ini baik untuk saya, ya Allah… dekatkan. Tapi kalau tidak, jauhkan — meski awalnya terasa pahit.”
Karena saya tahu, bukan semua yang saya inginkan itu baik untuk saya, dan bukan semua yang saya takutkan itu buruk bagi saya.
Ada hikmah dalam hal yang tidak saya dapatkan.
Dan sering kali, hikmahnya baru terlihat setelah saya tenang… setelah saya ikhlas… setelah saya tidak lagi marah pada takdir.