Wordpress Sample

Sakit Sedikit, Tapi Banyak Bicara

Dulu, ketika badan terasa pegal, saya tinggal minum obat atau tidur sebentar.
Bangun tidur, segar kembali.
Tapi sekarang, sakit sedikit saja… terasa lama.
Masuk angin butuh dua hari. Pundak kaku tak kunjung reda.
Dan punggung seakan tahu kapan saya duduk terlalu lama — dia akan protes diam-diam.

Dulu tubuh saya seperti mesin: disuruh kerja keras, menurut saja.
Sekarang, tubuh saya seperti guru: sedikit saja saya lalai, dia akan memberi peringatan.

Lucunya, justru lewat sakit-sakit kecil itulah saya mulai belajar mendengarkan tubuh saya sendiri.
Dulu saya abaikan rasa lelah, sekarang saya belajar menghargainya.
Dulu saya lawan rasa kantuk, sekarang saya izinkan tubuh beristirahat.
Dulu saya berpikir tubuh harus kuat terus, sekarang saya mengerti: kuat itu bukan soal memaksa, tapi tahu kapan harus berhenti.

Sakit itu tidak selalu hukuman. Kadang ia adalah nasihat yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.
Dan tubuh kita… adalah sahabat yang sudah menemani sejak lahir, tapi sering kali kita abaikan selama puluhan tahun.

Sekarang saya mulai lebih akrab dengannya.
Saya tahu kapan dia meminta untuk lebih banyak air putih.
Saya bisa mengenali rasa tak nyaman setelah makanan yang terlalu asin, atau terlalu manis.
Saya tahu kapan tubuh butuh jalan pagi, dan kapan hanya butuh duduk tenang sambil menghirup udara.

Saya tidak ingin mengalahkan tubuh saya.
Saya ingin hidup selaras dengannya.

Karena mungkin, ini saatnya saya tak lagi menjadikan tubuh sebagai alat… tapi sebagai teman yang harus saya jaga.
Sakit sedikit, ya. Tapi kini saya lebih banyak mendengar.