Dulu, setiap pagi adalah rutinitas.
Bangun lebih awal, siapkan bekal, lalu antar anak ke sekolah.
Kadang dalam perjalanan mereka bercerita, kadang diam.
Kadang saya sempat menasihati, kadang menyimak cerita ringan.
Pernah satu kali, saya merasa lelah dan mengeluh kecil dalam hati:
“Kapan mereka bisa pergi sendiri ya? Biar saya bisa istirahat lebih lama…”
Dan ternyata waktu menjawab lebih cepat dari yang saya duga.
Hari itu datang:
hari di mana satu anak tidak lagi minta diantar.
Dia mulai berangkat sendiri.
Dengan motor, yang beberapa hari sebelumnya dia belajar mengendarainya.
Tanpa banyak pamit, hanya lambaian tangan singkat, lalu pergi.
dan anehnya, saya justru merasa kehilangan.
Ternyata… bukan antar jemputnya yang penting,
tapi kebersamaan kecil yang dulu saya anggap biasa-biasa saja.
Saya merindukan suara mereka di pagi hari.
Merindukan wajah setengah ngantuk mereka saat sarapan.
Merindukan kalimat, “Pah, cepet dong, nanti telat!”
Dan bahkan… merindukan kerepotan yang dulu membuat saya lelah.
Kini saya sadar, fase hidup terus berganti.
Yang dulu rutin, kini jadi kenangan.
Yang dulu terasa berat, kini terasa manis.
Saya belajar untuk lebih hadir saat masih diberi kesempatan.
Karena tidak ada momen yang akan terulang persis seperti dulu.
Anak-anak tumbuh. Kita pun berubah. Dan waktu… tidak pernah menunggu.
Sekarang, saya tidak ingin terburu-buru menyuruh waktu cepat berlalu.
Saya ingin lebih banyak memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat yang sederhana.
Karena justru di sanalah ada kebahagiaan yang utuh.